Parenting Online Menegur Anak Dengan Bahasa Cinta

Menegur Anak Dengan Bahasa Cinta

parenting online
Semangat SDIT Salsabila Kepanjen dalam rangka menyambut tahun ajaran baru tahun 2021/2022 diawali dengan program unggulan parenting yang berkolaborasi dengan Yatim Mandiri. Pada kesempatan Jum’at 10 Juli 2021 agenda parenting dengan tema “ Menegur Dengan Cinta” yang dinarasumberi oleh dr.Aisah Dahlan, CHt.,CM.NNLP yang merupakan praktisi Neuroparenting dan Clinical Hypnoterapist).

Ayah , Bunda pernahkah kita menegur anak kita?
Lalu bagimana cara kita dalam menegur anak ?
Ayah dan Bunda yang di Rahmati Allah, sebagai orang tua kita tentu tak terlepas dari saling tegur menegur anak kita. Kemudian bagaimana cara anak dalam menerima nasihat atau teguran kita adalah hal yang penting, apakah anak kita menerima dengan baik atau malah memberontak?. Ketika ananda sudah dapat menerima dengan baik setiap nasehat kita sebagai orang tua, hal ini dapat menjadi suatu indicator bahwa kita dapat menyampaikan nasihat dengan baik. Lalu bagaimana jika anak yang justru semakin meberontak? Apakah anak yang tidak bisa menerima nasihat kita ataukah cara penyampaian kita yang justru kurang tepat ??.

Pertanyaan diatas semestinya sering muncul di benak Ayah dan Bunda, dalam sudut pandang orang tua pasti nasehat merupakan bentuk kasih sayang untuk mencegah ananda dari hal-hal yang tidak baik, tetapi perlu kita evaluasi bersama bagaimana cara kita menyampaikan suatu nasehat kepada anak. Sebagai orang tua kita cenderung memposisikan diri sebagai orang yang benar tanpa menyadari keinginan anak. Hal inilah yang menyebabkan ananda justru sulit menerima nasihat dari orang tua.

Dalam kesempatan ini dr.Aisah Dahlan mengupas tuntas bagaimana seni menegur anak dengan bahasa cinta. Bahasa kasih sayang (cinta) adalah cara yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan rasa kasih sayang dan rasa cinta didalam dirinya kepada orang lain. Dengan bahasa Cinta kita akan memberikan teguran yang dapat membuat anak tersentuh bukan tersinggung.
Apa perbedaan diantara membuat anak tesentuh bukan tersinggung?

parenting online

Ayah dan Bunda ibarat gelas ketika kita memengang gelas dengan perlahan maka isi yang ada pada gelas tidak akan tumpah inilah sentuhan, sedangkan jika kita membuat gelas tesinggung bisa jadi isi gelas itu bisa saja tumpah dan bahkan pecah. Begitu pula apabila kita memberikan nasehat dengan cara yang baik tidak akan melukai anak, namun apabila kita justru menasehati dan membuat anak tersinggung maka akan timbul goncangan dalam diri anak yang dapat memecah emosi anak.

Allah SWT telah mengajarkan kita secara langsung bagaimana cara mendidik anak kita dalam QS. Al-Imran ayat 159. “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlembah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu,karena itu maafkanlah mereka, memohon apun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”

Mari kita ulas satu persatu makna dari ayat diatas. Kalimat pertama “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlembah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu”. Ayah dan bunda dari kalimat pertama ini dapat kita renungi bahwa sikap lemah lembut merupakan rahmat dari Allah, yang bukan sebuah watak yang terbentuk oleh suatu perlakuan atau keadaan. Oleh karena itu untuk mendapatkan rahmat berupa sikap yang lemah lembut kita hendaknya memohon kepada Allah.

Karena ketika orang tua bersikap kasar pada anak, maka anak akan cenderung menjauh inilah sunatullah, maka sikap lemah lembut merupakan satu rahmat yang harus kita kejar.
Bagaimana jika kita sudah berikap lemah lembut namun anak masih memberontak atas nasehat kita??
Kita masih sering menjumpai anak-anak yang masih memberontak meskipun kita bersikap lembah lembut, namun ini bukan lantas menjadi alasan untuk kita meluapkan emosi kepada anak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan seperti memukul anak. Allah telah mengajarkan setelah kita bersikap lemah lembut “karena itu maafkanlah mereka, memohon apun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. Ini adalah kunci kedua memaafkan anak dan memohon ampunan bagi anak. Untuk memaafkan maka kita memerlukan hati yang lapang, kemudian mohonkanlah ampunan bagi setiap kesalahan anak. Memohonkan apunan anak kita juga harus beradap dan memohon ampun dengan detail sebutkan nama anak, mintalah mohon ampuanan atas setiap kesalahan anak. Jika hati kita sudah lapang untuk memaafkan dan memohon apunan terhadap kesalahan anak, mulailah kita bermusyawarah. Ayah dan bunda buatlah kesepakatan yang tidak memberatkan anak, jika sudah mencapai kesepakatan bersama anak maka kita selaku orang tua harus berkomitmen untuk saling menjaga. Komitment, adalah hal yang sering kali masih kurang kita perhatikan sebagai orang tua, contohnya ketika kita sudah menyepakati untuk tidak bermain gadget maka kita harus mematuhi juga untuk tidak mengunakan gadget, ketika orang tua justru melangar kesepakatan akan melukai anak dan anak cenderung tidak pecaya pada kesepakatan berikutnya.

Ayah dan bunda ketika kita sudah melaui tiga tahapan diatas maka kita perlu bertawaqal kepada Allah SWT, sesuai dengan isi QS. Al-Imran ayat 159 “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” Ayah dan bunda yang di rahmati Allah dari QS.Al-Imran telah kita dapati bagaimana Allah SWT membeikan pentunjuk bagi kita semua dalam mendampingi, mengajarkan dan juga menasehati anak-anak kita untuk menjadi generasi rabbani. Generasi yang tak hanya pintar namun juga berakhlak, generasi yang dapat membuat perubahan pada negeri, insaallah.

Leave a Comment