Dialeksia pada Usia Dini

Kenali Tanda-tanda Anak mengalami Dialeksia pada Usia Dini

dialeksia di usia dini

Membaca merupakan salah satu kemampuan yang menjadi suatu fondasi kecerdasan
anak. Namun dalam beberapa kasus yang terjadi dilingkungan sekolah maupun lingkungan kelaurga ada beberapa anak yang memasuki usia sekolah mengalami kesulitan dalam belajar
membaca. Ganguan kemampuan anak untuk membaca secara ilmiah sering disebut dialeksia.
Dialeksia sering sekali dihubungkan dengan tingkat kecerdasan anak. Anak dengan ganguan
dialeksia sering disebut sebagai anak yang “bodoh” bahkan tidak sedikit anak dengan ganguan
dialeksia mengalami diskriminasi baik dilingkungan rumah maupun sekolah.

Tau kah kalian bahwa dialeksia bukan lah “Kebodohana” bahkan bebarapa pesohor seperti Albert Einstein, Sir
Winston Churchill, Tom Cruise, Walt Disney, dan Lee Kuan Yeuw adalah penyandang
disleksia?. Mereka yang mengalami ganguan dialeksia justru mampu membuka mata dunia
bahwa mereka memiliki kemampuan diatas rata-rata orang lain. Mari kita kenalai
Apa itu dialeksia?? Bagaimana tanda-tanda anak mengalami ganguan dialeksia?
Pertanyaan diatas merupakan peryataan yang umum dintanyakan beberapa orang tua
dengan anak yang mengalami keterlambatan kemampuan membaca.

Pengertian Dialeksia

Dialeksia berasal dari bahasa Yunani “Dys” berarti kesuitan dan “Lexis” berati kata–kata. Secara luas dialeksia
diartikan sebagai kesulitan belajar primer yang berkaitan dengan masalah bahasa tulisan seperti
membaca, menulis mengeja, dan pada beberapa kasus kesulitan dengan angka, karena adanya
kelainan neurologis yang kompleks, kelainan struktur dan fungsi otak.
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya dialeksia pada anak menurut Sidiarto
(2007) diantaranya adalah :
1. Anak yang lahir premature dengan berat lahir rendah dapat mengalami kerusakan otak
sehingga mengalami kesulitan belajar atau ganguan pemusatan perhatian.
2. Anak dengan kelainan fisik seperti gangguan penglihatan, gangguan pendengaran atau
anak dengan cerebral palsy(c.p) akan mengalami kesulitan belajar membaca.
3. Anak kurang memahami perintah karena lingkungan yang mengunakan beberapa bahasa
(bi- atau multilingual).
4. Anak yang sering pindah sekolah.
5. Anak yang seing absen karena sakit atau urusan dalam keluarga.
6. Anak yang pandai dan berbakat yang ditak tertarik dengan pembelajaran bahasa sehingga
kurang konsentrasi dan banyak membuat kesalahan.

Dalam buku Perkembangan otak dan kesulitan belajar pada Anak Karya Sidianto (2007)
menjelaskan Klasifikasi dialeksia pada anak menjadi tiga ketegori yaitu :
1. Dialeksia dan ganguan visual atau disebut diseidetis. Kasus kelainan dialeksia ini hanya
terdapat 5% dari total penderita dialeksia.Penyebab dari kelainan dialeksia tipe ini yaitu
ganguan pada fungsi otak bagia belakang yang dapat menimbulkan ganguan pada
presepsi visual (pengenalan visual yang tidak optimal, sehingga membuat kesalahan dalam membaca dan mengeja visual). Terdapat rotasi huruf atau angka yang mirip bentuknya dan terbalik sesuai bayangan cermin (b-d, p-q, 5-2, 3-E) atau huruf,angka
terbalik (inversion) seperti (m-w, n-u, 6-9) yang terlihat nyata pada tulisan.

2. Dialeksia dan ganguan bahasa atau disebut dialeksia verbal atau lingustik. Berdasarkan
penelitian prevalensi ganguan dialeksia verbal mencapai 50-80%. Lima puluh persen dari
penderita gangguan dialeksia verbal mengalami keterlambatan berbicara pada masa
balita atau prsekolah. Gejala dari gangguan dialeksia verbal berupa keseulitan dalam
presepsi auditoris seperti p-t, b-g, t-d, t-k; kesulitan mengeja audiotoris, kesulitan
menemukan kata atau kalimat, urutan auditoris yang kacau (sekolah-sekolha). Hal ini
mempengaruhi dalam penyusunan karangan karena adanya kesalahan mengeja kata.

3. Dialeksia dengan diskoneksi visual-audiotoris yang disebut juga dialeksia auditoris.
Sehingga anak kesulitan dalam membaca atau intensitas membaca menjadi lambat.
Namun bahasa verbal dan juga presepsi visualnya baik. Apa yang dilihat tidak dapat
dinyatakan dalam bunyi bahasa, hal ini disebabkan karena adanya gangguan dalam “cross
modal (visual-audiotory) memory retrieval”.

Dari faktor penyebab dan juga gejala anak dengan gangguan dialeksia, anak
membutuhkan dorongan motivasi, lingkungan yang tepat serta pembelajaran yang inovatif sesuai
dengan kebutuhan anak. Orang tua sebagai significan other memiliki peran penting dalam
pendampingan anak serta memberikan lingkungan yang harmonis untuk menunjang proses
belajar pada anak. Guru dan lingkungan sekolah sebagai rumah kedua anak untuk belajar
senantia memberikan perhatian kepada siswa-siswi untuk mengenali karakter masing-masing
siswa-siswi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam mendukung proses
belajar anak dengan ganguan dialeksia.

Leave a Comment